BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Politik NTB: Waspadai Politik Belah Bambu dan Politik Naik Jurakan


Oleh : Dr. Agus (Peneliti PusDek UIN Mataram. Fokus studi: Tata Kelola, Pemilu, Demokrasi & Kebijakan Publik).

Gonjang-ganjing politik pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota serentak 2024 mulai mewarnai media. Kabupaten Lombok Tengah merupakan daerah paling seksi dalam perbincangan politik elektoral sepanjang zaman.  Tidak hanya karena secara elektoral daerah ini memilili jumlah pemilih nomor dua di NTB, atau karena daerah ini merupakan kawasan prioritas pertumbuhan ekonomi nasional yang menyimpan banyak “gula”. Akar masalahnya adalah daerah ini merupakan tempat dilahirkannya SDM politik NTB hebat. Terbukti dalam perebutan kursi Pj Gubernur beberapa waktu lalu para petarung berasal dari Lombok Tengah dan mereka semua adalah para sahabat. 

Tidak mengherankan dalam setiap perhelatan politik pemilihan Bupati, Lombok Tengah selalu memiliki kandidat paling banyak dibandingkan daerah lain. Pemilihan Bupati Lombok Tengah 2010 jumlah kandidat yang dinyatakan lulus oleh KPU 9 pasangan dari 14 pasangan yang mendaftar, pemilihan Bupati 2015 ada 5 pasangan calon, dan pemilihan Bupati 2020 ada 4 pasangan calon.   

Memasuki tahapan pemilihan Gubernur NTB 2024 muncul setidaknya 4 nama yang diperbincangkan berbagai media yakni Suhaili, Lalu Muhammad Iqbal, Lalu Gite Ariadi, dan Lalu Pathul Bahri. Keempat tokoh ini merupakan politisi berpengalaman dan memiliki kompetensi yang tidak diragukan. Suhaili pernah menjadi Ketua DPRD Provinsi NTB, Bupati dua periode dan Ketua DPD I Golkar. Lalu Muhammad Iqbal pernah menjadi Duta Besar RI dan saat ini berkarir di Kementerian Luar Negeri, Lalu Gite Ariadi merupakan birokrat-politik handal hingga menduduki jabatan sebagai Pj Gubernur, sedangkan Lalu Pathul Bahri saat ini Bupati Lombok Tengah, Ketua PCNU, dan Ketua DPD Partai Gerindra.   

Keempat tokoh di atas sedang mencuri perhatian partai politik dengan berbagai sensasi. Meskipun secara faktual hanya Lalu Pathul Bahri yang menjadi Ketua DPD partai politik, namun tiga tokoh lainnya memiliki semangat dan optimisme yang sama bahwa mereka bisa mendapatkan tiket partai politik. Suhaili dan Lalu Gite Ariadi sedang memperbutkan rekomendasi Partai Golkar dengan argumentasi masing-masing. Sedangkan Lalu Muhammad Iqbal terus melakukan pertemuan dengan organisasi masyarakat sipil dan komunikasi dengan sejumlah pimpinan partai politik.

Yaaa…begitulah politisi. Dengan optimisme mereka berhasil memegang 60% peluang kemenangan, sebaliknya dengan pesimisme mereka menggenggam 60% peluang kekalahan. Semangat ini sejalan dengan tradisi para politisi dalam stigma politisi sejati adalah politisi yang selalu membaca kamus tentang optimisme untuk menang dan tidak memiliki kamus tentang kekalahan. Politisi sejati adalah yang memiliki kecerdikan meskipun tidak harus paling cerdas. Politisi sejati adalah yang memiliki mental petarung bukan penonton. Politisi sejati adalah yang memiliki prinsip lebih baik mati di arena pertarungan daripada menjadi penggembira di luar arena pertarungan. 

Pertanyaan yang muncul di kalangan non politisi kemudian mungkinkah salah satu dari keempat tokoh Lombok Tengah di atas memenangkan pemilihan? Jika melihat profil keempat tokoh di atas curuk elektoral andalan mereka sama yaitu Lombok Tengah, pergerakan mereka pun masih sama-sama terkonsentrasi di Lombok Tengah. Tentu jika menggunakan logika kecerdasan jawabannya tidak masuk di akal sehat salah satu dari mereka bisa memenangkan pertarungan. Namun jika menggunakan cara kerja kecerdikan, maka dalam politik tidak ada yang tidak mungkin kecuali membangunkan orang meninggal dari kuburan. Semua hal bisa menjadi mungkin, sangat ditentukan oleh momentum dan takdir.

Waspada……

Meskipun semangat pertarungan telah menyala dan genderang telah ditabuh, namun tidaklah keliru bagi politisi untuk waspada. Terkadang musuh utama politisi bukan aktor yang nampak di panggung depan melainkan aktor yang berada di panggung belakang. Ingatlah bahwa kemenangan Belanda di Indonesia karena berhasil mempraktikkan politik belah bambu secara apik. Politik belah bambu dipahami secara umum sebagai politik pecah-belah. Dalam bahasa lainnya adalah politik memecah ombak, sebab jika tidak dipecah maka ada kesulitan bagi lawan untuk membendung kekuatan. Sadarilah pula bahwa kekalahan politisi Sasak dalam setiap pertarungaannya karena sukses mempraktikkan politik naik jurakan. Di kalangan Sasak politik naik jurakan dipahami sebagai cara berpolitik menginjak teman yang pada akhirnya orang yang menginjak dan orang yang diinjak sama-sama tidak sampai di puncak jurakan alias kalah. Waspadalah*****

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.