BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Pojok NTB Menjaga Harmonisasi Daerah

MATARAM, - Ide, gagasan termasuk kritik membangun sangat dibutuhkan dalam proses menuju kemajuan suatu daerah. Adalah Pojok NTB sebagai satu satunya WAG paling produktif di NTB dalam mengkritisi dan mengeluarkan gagasan demi kemajuan daerah menggelar silaturahmi Syawal "Halal Bi Halal" anggota pada Jumat sore (21/5/2021) di Mataram. Bertema "Eratkan Persatuan di Masa Pandemi", acara itu dihadiri lebih dari 70 anggota Pojok NTB yang terdiri dari beragam potensi.

"Pertama karena ini masih dalam suasana Idul Fitri, sehingga kita bisa bertemu dan bersilaturahim sambil bermaaf-maafan. Tetapi yang terpenting ini menjadi wadah untuk semakin mempererat persatuan dan persaudaraan di Pojok NTB," kata Inisiator acara Fihiruddin dalam sambutannya.

Fihir berharap semangat mempererat persatuan dan kesatuan juga disuarakan oleh anggota Pojok NTB, demi keamanan dan kenyamanan daerah ke depan. 

Ia mengatakan, konsep silaturahmi digelar dengan sederhana tanpa terkesan hura-hura. Tentunya dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan di masa pandemi ini.

Dalam kesempatan itu juga, Pojok NTB meluapkan rasa empatinya terhadap perjuangan masyarakat Palestina. 

"Masyarakat palestina sedang menangis dan grup Pojok tetap membangun solidaritas untuk membantu. Solidaritas untuk kemerdekaan Palestina, harga mati. Tetapi kita juga harus tetap jaga persatuan dan kesatuan bangsa," tukasnya.

Ia menekankan, agar silaturahmi bisa menjadi perekat persaudaraan anggota grup yang berbeda latar belakang, profesi, dan lainnya.

"Di grup Pojok NTB, anggota juga bisa bebas promosi produk, tapi hanya 5 kali saja. Kalau lebih berbayar," ujar Fihir berseloroh.

Tokoh Pojok NTB, H Lalu Winengan mengatakan, pihaknya bangga dengan grup Pojok NTB yang anggotanya terdiri dari beragam latar belakang. Mulai dari pejabat pemerintahan, petinggi swasta, BUMD, aktivis, pengusaha, pegiat media, hingga mahasiswa.

Winengan menilai, grup Pojok NTB selama ini mampu menghasilkan isu dan kritikan yang konstruktif.

"Satu kebanggaan di Pojok NTB, semua masuk dari semua kalangan. Ini menjadi wadah sharing yang bermanfaat bagi anggotanya," katanya.

Winengan berharap agar WAG Pojok NTB tetap memegang pakem untuk bersama meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

"Kita harap agar isu SARA tidak dibesar-besarkan di Pojok. Karena NTB sangat nyaman dalam keberagaman," katanya.

Sementara itu Ulama kondang Lombok, TGH Muharrar Iqbal menekankan, pentingnya menjaga silaturahmi di masa pandemi ini.

"Syawal artinya kemenangan, artinya menang karena kita bisa berhimpun dalam perbedaan. Berbeda keluarga, latar sosial dan pendidikan dan pekerjaan tetapi bisa kumpul dalam rumah besar bernama Pojok NTB," katanya.

"Apapun baju dan bendera kita, kalau sudah di pojok berarti satu kesatuan," sambungnya.

Menurutnya, apapun dinamika yang terjadi di dalam grup medos adalah sebuah dinamika yang hendaknya disikapi dengan bijaksana. Sehingga, apapun yang terjadi dalam grup harus bisa mencair dalam silaturahmi ini.

"Silaturahmi dan silaturahim harus jadi identitas, apapun perbedaan yang muncul adalah dinamika," katanya.

Ia menegaskan, silaturahim yang baik adalah menyambung apa yang sudah terputus. Terlebih jika membicarakan tentang bagaimana membangun NTB yang lebih baik, aman dan nyaman ke depan.

"Kita saling menguatkan dan harapannya Pojok NTB jadi lokomotif perubahan, untuk NTB yang lebih baik ke depan," ujarnya.

Ia mengatakan, dalam kerangka kebersamaan maka anggota grup Pojok NTB tidak boleh ada yang susah sendirian. Karena itulah silaturahim pertemuan perlu terus dilakukan agar para anggota bisa saling mendukung satu sama lain sesuai kapasitas dan kemampuan di bidang masing-masing.

Tokoh NTB, HL Wildan menilai perkembangan grup Pojok NTB semakin hari semakin dinamis. 

"Kritikan yang masuk jangan sampai jadi kles atau perpisahan. Tetapi bagaimana kritikan itu menjadi pemicu dan pemacu perbaikan dan pembehanan. Dalam hal apa saja," katanya

Ia mengaku, dari grup Pojok NTB diketahui ternyata NTB punya banyak tokoh muda, intelektual, akademisi, birokrat, aktivis dan pengusaha. Ini menjadi potensi kekuatan yang besar jika bisa bersinergi dengan baik.

"Peran kritis tetap diperlukan untuk pejabat (pemerintah). Tetapi jangan juga kritisi namun kontra produktif. Saya harap grup Pojok semakin mantap ke depan," katanya.(r)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.