Kondisi keamanan di Papua yang belum kondusif membuat Pemerintah
perlu menyusun langkah dan strategi penyelesaian konflik. Belum lama ini Papua
khususnya Intan Jaya dan Puncak kembali
memanas akibat terjadinya aksi kekerasan di Papua masih saja
terjadi, tidak hanya baku tembak antara aparat keamanan dan kelompok
bersenjata, warga sipil juga kerap menjadi korban penembakan oleh kelompok KKB. Situasi keamanan perlu
dimonitor secara berkelanjutan. Aparat Mesti sensitif terhadap perkembangan di
lapangan untuk melindung masyarakat Papua dari keganasan KKB.
Konflik
yang ditimbulkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menjadi
persoalan lama yang tidak pernah tuntas. Kini
warga sipil di Papua menjadi korban Kelompok
Kriminal Bersenjata (KKB) apa dosa masyarakat sipil
sebagai musuh KKB, mereka tidak bersenjata hanya hidup mencari nafkah untuk
keluarganya, kenapa menjadi sasaran.
Aksi kekerasan KKB terhadap warga sipil Papua sepanjang
Bulan April baru –baru ini, diantaranya:
Tanggal 8 April 2021, seorang Guru SD, Oktovianus Rayo di Distrik
Beoga, Kabupaten Puncak tewas usai dituduh sebagai mata-mata. Tiga sekolah juga
hangus dibakar KKB.
Tanggal 9 April 2021, seorang Guru SMP 1 Julukoma tewas
ditembak di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak.
Tanggal 11 April 2021, sebuah Helikopter dibakar di Apron Bandara
Aminggura Ilaga, Kabupaten Puncak.
Tanggal 14 April 2021, Sopir Ojek tewas ditembak di Kampung
Erogama, Distrik Omikuma, Kabupaten Puncak. KKB juga membakar rumah Wakil Ketua
DPRD Kabupaten Puncak.
Tanggal 15 April 2021, Siswa SMA di Kampung Uloni, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, bernama Ali Mom tewas ditembak karena dituduh mata-mata aparat.
Kalau kita lihat KKB menarik taktik gerilya akhir-akhir ini dengan menggunakan cara memprovokasi TNI-Polri disetiap tempat, Karena mereka kalah oleh taktik gerilya TNI/Polri dan logistiknya juga habis. Sekarang KKB hanya bisa menyerang di tengah-tengah pada saat ada keramaian warga sipil, dan menembaki Pesawat Sipil, kelompok bersenjata itu berharap agar Personel TNI-Polri membalas tembakan sehingga bila jatuh korban warga sipil akan menjadi bahan fitnah dan berita bohong dari mereka bahwa para korban dibunuh Personel TNI/Polri. Itupun tidak berhasil, kini masyarakat sipil yang lemah menjadi sasaran tembak.
Aksi teror dan pembunuhan sadis Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
di sejumlah daerah Papua khususnya Intan Jaya dan Puncak, kali ini menyerang
warga Sipil untuk mencari perhatian masyarakat dunia. Sebab dukungan
terhadap KKB untuk memisahkan diri dari Indonesia mulai sepi dan bahkan sudah
tidak terdengar lagi, kini yang menjadi andalan KKB Negara Pasifik Vanuatu pun sudah tidak peduli terhadap KKB,karena
tidak bisa membuktikan bahwa TNI-Polri melanggar HAM, bisanya membuat berita
bohong.
Pernah warga Indonesia marak memperbincangkan Vanuatu, sehingga
dibuat malu di Dunia maya, Pasalnya, Perdana Menteri Vanuatu Bob Loughman
mengangkat masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua pada Sesi ke-75
Sidang Umum PBB pada 26 September 2020. Indonesia menjawab dengan mengatakan
bahwa Vanuatu mengangkat masalah HAM yang artifisial dan bahwa Vanuatu bukan
perwakilan Papua. Hingga sekarang Perdana Menteri tersebut prustasi sudah tidak
mau menyinggung Papua Merdeka.
Aksi teror dan pembunuhan sadis Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
terhadap warga Sipil yang tidak berdosa Komnas HAM harus bisa ikut berperan
aktip terhadap KKB, karena menyerang warga Sipil yang tidak bersenjata adalah
pelanggaran HAM, bukan ke TNI/Polri saja tentang pelanggaran HAM itu, karena
warga Sipil juga harus dilindungi jangan sampai menjadi korban dari sekelompok orang yang terlibat dari komplik bersenjata
tersebut.
konflik
bersenjata yang terjadi di Papua sumbernya memang karena ada gerakan separatis
bersenjata. Namun dibalik itu biasanya juga ada faktor lain mengapa eskalasi
konflik bersenjata terus meningkat dan menyasar kepada masyarakat sipil. Pemerintah sudah melihat akar permasalahannya Papua,
oleh sebab itu Pemerintah memberikan otonomi khusus dengan anggaran triliunan
rupiah setiap tahun bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan orang Papua sehingga kekerasan
terhenti. Namun tujuan itu masih jauh dari harapan, malah semakin menjadi.
Data di atas menunjukkan bahwa jika Pemerintah terus melanjutkan
pendekatan berbasis keamanan terhadap konflik Papua, konflik akan terus
berlarut-larut dan meningkatkan jumlah panjang korban akibat keganasan KKB. Sebenarnya,
selain pendekatan keamanan, Pemerintah pada masa jabatan pertama Presiden Joko
Widodo (2014-2019) sudah tepat telah meningkatkan di pembangunan ekonomi dan infrastruktur di
Papua. Pendekatan ini adalah pendekatan yang sudah betul dan harus diperpanjang
dalam periode kedua Jokowi sekarang.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko
Polhukam) Mahfud MD pernah mengatakan bahwa dalam lima tahun ke depan, Pemerintah
akan mendorong lima program pembangunan di Papua, ini menandakan bahwa Pemerintah
akan melanjutkan fokus pada pendekatan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat
Papua, untuk bisa mengejar ketertinggalannya dengan daerah-daerah di Indonesia
lainya, setop terror, setop komplik bersenjata, setop kekerasan kepada masyarakat
Sipil.
Komentar0