BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Tak Perlu Merakyat Penuh Pencitraan, Sahabat Pariwisata Harus Ditiru



Mataram, - Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian global, dunia pariwisata juga tak luput dari dampak tersebut, sumber devisa dari pariwisata sebagai primadona penerimaan terbesar PAD di daerah yang mengandalkan pariwisata merosot tajam. Pulau Lombok dengan ikon Kuta Mandalika yang menjadi destinasi super prioritas, tiga Gili, dan Senggigi tak mampu menunjukkan kejayaannya kembali begitu Covid-19 mewabah. Pelaku pariwisata wait and see, pemerintah pun sebagai pemegang kebijakan bekerja keras tambal sulam, terus berusaha membangun keterpurukan.

Beruntung, dengan pemanfaatan dunia digitalisasi pemerintah dan pelaku pariwisata seakan berlomba-lomba unjuk diri menstimulus destinasi wisata melalui dunia virtual.

Perlahan namun pasti, berbagai destinasi wisata mulai hidup kembali seperti beberapa desa wisata sejak new normal mulai dibuka namun dengan standar protokol kesehatan yang ketat. Tiga Gili pun tak mau ketinggalan memastikan pemberlakuan protokol kesehatan yang sangat ketat.


Sahabat Pariwisata (SP) yang merupakan organisasi pariwisata lokal pertama di NTB mengapresiasi pembukaan kembali destinasi tersebut.

"Kita para pelaku pariwisata sudah jenuh, gak mungkin kita di rumah saja, lebih baik kita bekerja namun tetap dengan aturan yang berlaku di masa Pandemi ini walaupun kita tau wisatawan mancanegara bahkan domestik pun masih sepi, berapa banyak pelaku pariwisata yang terdampak sangat luar biasa dengan matinya pariwisata ini, kita apresiasi usaha pemerintah," kata Ketua SP Rudi Lombok usai pemberian 40 paket bantuan masing-masing berisi 10 kg beras di artshop GEMpearl Meninting Lombok Barat, Selasa (4/8).

40 buah paket tersebut ujar Rudi menyasar pelaku pariwisata komunitas akar rumput seperti tukang ojek, tukang parkir dan pedagang asongan yang setiap hari mengandalkan pemasukan dari daerah wisata seperti senggigi dan lainnya.

"Banyak program pemerintah yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, unsur pariwisata yang berada diujung tombak seperti pedagang asongan, tukang parkir, tukang ojek itu tidak pernah tersentuh. Mereka sangat butuh perhatian, kondisi mereka sangat tidak bersahabat, jangan kan saat Pandemi ini, di hari-hari biasa pasca gempa sebelum pandemi saja mereka pontang-panting untuk mencari sesuap nasi, kami di SP dengan segala kemampuan harus bisa memberi yang terbaik saat ini," imbuhnya.

Rudi berharap pemerintah lebih peka lagi dan tidak sibuk terus dengan urusan pencitraan yang tidak penting.

"Janganlah seorang pemimpin mengambil peran sebagai rakyat yang telah menderita dengan menyebar foto-foto merakyat penuh pencitraan itu, kalau memang berharap lebih dari dunia pariwisata mari sentuh mereka, beri bantuan langsung karena itu yang memang dibutuhkan saat ini," ketus Rudi.

Seorang penerima paket tersebut Epol sangat bersyukur dengan bantuan yang diterimanya. Begitu pula halnya dengan seorang Guide bernama Yuyun.

"Kami bersyukur sekali dan berterima kasih kepada pak Rudi dan kawan-kawan SP atas perhatian yang luar biasa ini, ini bantuan pertama kali saya terima, bantuan dari pemerintah lewat saja," ucap tukang ojek pariwisata ini.

Senada, beberapa penerima bantuan dari komunitas pedagang asongan menilai bantuan yang diterimanya sangat meringankan mereka.

Sementara itu Tata seorang pengurus SP menerangkan pemberian ini merupakan bantuan perdana dari SP. Selanjutnya dalam waktu dekat pihaknya akan memberikan bantuan lagi.

"Belum sebulan terbentuk, kita harus bergerak cepat merealisasikan rasa kepedulian bukan hanya di mulut saja, Ketua kita luar biasa karena terbiasa memberi bantuan tidak hanya untuk temen-temen pelaku yang terdampak namun di dunia pendidikan juga, pak Rudi rutin memberi bantuan kepada siswa yang kurang mampu baik itu alat tulis, tas, seragam bahkan bantuan berupa uang," ungkap Tata yang dibenarkan pengurus lainnya.(red)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.