BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

4 Tahun Dukung Jokowi, Projo Ingin Ulangi Kemenangan Jokowi dan Rakyat


Jakarta, - Projo adalah organisasi relawan pendukung Presiden ketujuh RI Jokowi. Projo, kepangangan dari Pro (Pendukung) Jokowi, merupakan salah satu relawan darat terbesar dan memiliki status sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) yang terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ketua Umum Projo adalah Budi Arie Setiadi atau akrab dipanggil Muni. Pada kongres pertama, 23 Agustus 2014, di Jakarta, diputuskan untuk mengubah gerakan relawan Jokowi ini menjadi ormas. Projo adalah organisasi relawan pendukung Jokowi yang bertransformasi dari kelompok relawan menjadi ormas.

Kini Projo telah berubah dari kerumunan menjadi barisan politik pendukung pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi.

“Kami ingin Jokowi melanjutkan kepemimpinannya satu periode lagi. Kami ingin melanjutkan kemenangan rakyat,” kata Budi di kantor Dewan Pimpinan Pusat Projo, Pancoran, Jakarta, Selasa (26/2/2019).

Kata Budi, dukungan Projo kepada Jokowi pada saat ini jauh lebih besar dibandingkan ketika Projo pertama kali didirikan pada 23 Desember 2013. Besarnya dukungan itu seiring dengan bertambahnya anggota dan simpatisan Projo.

Saat ini Projo telah memiliki 7.201 koordinator tingkat kecamatan di seluruh Indonesia serta ratusan ribu anggota yang akan menjadi saksi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Koordinator di tingkat kecamatan itu yang menjadi motor gerakan Projo dalam mengampanyekan Jokowi. “Mereka solid, terus bergerak mengampanyekan pencapaian Jokowi selama ini serta apa yang akan dilakukan Jokowi kepada masyarakat,” tutur Budi.

Didirikan Aktivis 98

Projo didirikan melalui Deklarasi Projo pada tanggal 23 Desember 2013. Pendiri Projo adalah aktivis yang sebelumnya bergabung di Posko Pro Megawati 98 dan Gerakan Reformasi Mahasiswa 98, yang sebagian besar anggotanya pindah ke partai politik.

Namun Budi Arie Setiadi dan kawan-kawan memilih berdiri di jalur relawan.

“Tinggalah kami yang berkhidmat untuk tetap di jalur relawan, hingga akhirnya Jokowi muncul dan memantik semangat kami untuk kembali membangun jaringan, serta menyuarakan arti penting partisipasi publik dan partisipasi politik rakyat kebanyakan,” tutur Budi.

“Jokowi adalah pemimpin rakyat tanpa beban masa lalu dan juga bukan beban di masa depan,” tambah Budi.

Setelah deklarasi, jaringan Projo langsung dibuat secara nasional. Strukturnya dibentuk mulai dari pusat, daerah, cabang, hingga ke desa dengan mengandalkan dana swadaya, dengan menganut model aksi massa, advokasi dan berinteraksi langsung dengan rakyat. Projo memiliki slogan yang khas, yaitu "Setia do Garis Rakyat."

Dalam waktu singkat basis dukungannya terbentuk, terutama di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Bali, dan Sulawesi."Projo digerakkan oleh akar rumput yang militan," ujar Budi Ari.

Projo merupakan salah satu dari tiga organ yang paling awal menyatakan dukungannya kepada Jokowi, selain Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi dan Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP).

Projo dibentuk dengan tiga orientasi politik utama, yaitu memperjuangkan Jokowi sebagai Presiden Indonesia, memenangkan Jokowi menjadi Presiden dalam Pilpres 2014 dan kini Pilpres 2019, serta mengawal Jokowi saat menjabat sebagai Presiden.

Untuk mencapai orientasi politik tersebut, Projo melakukan penguatan organisasi dengan aktualisasi prinsip-prinsip kerja organisasi, yaitu partisipasi, mandiri, dan gotong royong. “Projo itu adalah gerakan rakyat untuk menjadikan Jokowi sebagai Presiden,” ucap Budi.

Tak Terikat Parpol

Selama empat tahun mendukung Jokowi, sayap Projo sudah melebar ke seluruh provinsi dan kabupaten kota di Indonesia. Namun, Projo bukanlah kaki tangan atau sayap partai politik. Projo meletakkan dirinya dalam menjaga pemerintahan Jokowi.

“Kami independen, kami bebas merdeka, kami mendukung Jokowi karena memiliki cita-cita politik yang sama. Projo adalah rumah besar pendukung militan Jokowi,” tutur Budi.

Diutarakan Budi, Projo tetap berkhidmat untuk mendorong perhatian pemerintah atas tuntutan rakyat. Seperti makna filosofis di balik nama Projo itu sendiri yang berasal dari bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kawi yang dapat diartikan sebagai relawan yang mencintai negeri dan rakyatnya.

“Dalam bahasa Sansakerta, Projo artinya negeri dan dalam bahasa Jawa Kawi, Projo itu artinya rakyat. Jadi, relawan Projo itu orang-orang yang mencintai negeri dan rakyatnya,” ujarnya.

Projo juga sudah sangat siap bertempur untuk menangkan Jokowi kembali. Dia optimistis daya juang Projo mampu memenangkan kembali Jokowi.

Kata Budi, pilihan bagi Projo adalah membuat Jokowi menang atau menang telak di Pilpres 2019.

“Projo sudah mempersiapkan diri. Hasil rapat kerja nasional kemarin (September 2018), kami mempersiapkan tim untuk jaringan konsolidasi, daya dukung kampanye, sosial media, termasuk juga tim saksi yang kami siapkan di ratusan ribu TPS,” tutur Budi.(red)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.