BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

PUASA DAN SINERGI KEBAIKAN


Oleh Drs Cukup Wibowo MMPd
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Mataram

Kebersediaan adalah modal utama
ketika sinergitas menjadi kebutuhan setiap unsur dalam kelompok.
Tak ada yang lebih baik dari kebersediaan diri untuk bisa membuat kebaikan terwujud.

Kita tak akan pernah bisa lepas dari himpunan. Sebagaimana tubuh yang berisi himpunan organ dengan fungsinya masing-masing. Satu sama lain tak bisa bekerja sendiri, melainkan saling terikat untuk kemudian saling menguatkan. Tubuh kita adalah pengandaian yang bisa dijadikan contoh untuk menggambarkan betapa tak ada yang bisa disebut paling penting bila masing-masing organ yang merupakan bagian dari himpunan itu senyatanya memiliki otoritas untuk menjadi penting dalam sistem kerja tubuh, yang diperlukan agar metabolisme tubuh terjaga fungsionalitas dan keteraturannya.

Praktek akan pentingnya peran setiap individu dalam kebutuhan himpunan berlaku dalam banyak urusan. Yang membedakan satu sama lain hanya pada porsi tanggung jawabnya. Sebuah tujuan kelompok akan terwujud manakala tanggung jawab bisa ditunaikan secara optimal oleh masing-masing anggota yang ada di dalam kelompok itu.

Namun begitu pengingkaran tak bisa dielakkan. Setiap kali rumusan ideal bagi tercapainya maksud dan tujuan terbentuk, setiap kali itu pula hambatan dan rintangan muncul  saat rumusan harus dipraktekkan. Sebuah urusan seringkali mengalami kesulitan untuk diwujudkan manakala ia  tak bisa dianggap mewakili kepentingan dan harapan setiap orang. Cikal bakal akan munculnya friksi sering kali dipicu oleh kuatnya pikiran dalam pertarungan untuk memenangkan maksud. Dimulai dari kebutuhan akan tercapainya maksud itu, maka para pemilik maksud akan berkoalisi dengan pemilik maksud yang sama. Dalam keadaan seperti ini, cita-cita untuk mewujudkan tujuan secara bersama-sama tak ubahnya rumusan impian belaka.

Dalam keadaan ketika kemacetan terjadi, tak bisa kita pungkiri, ia hanya bisa terurai bila ada kebersediaan untuk masuk dalam keteraturan. Kebersediaan adalah modal utama ketika sebuah kerjasama semua unsur yang terlibat (sinergitas) bisa dirumuskan oleh masing-masing pihak. Tak ada yang lebih baik dari kebersediaan diri untuk bisa membuat kebaikan terwujud.

Puasa yang kita jalani adalah rumusan dan sekaligus tindakan kebaikan. Barangsiapa berpuasa sesungguhnya dia menjalani dua hal sekaligus, yakni teori dan praktek. Pertama adalah merancang niat. Dan niat itu serupa formula dalam menjalani kebaikan-kebaikan yang memang menjadi isi dari keharusan puasa. Yang kedua adalah mempraktekkan kebersedian dalam puasa, yaitu dengan jalan menahan hawa nafsu serta terus bersabar dalam memahami tindakan dan prilaku pihak lain. Bila keduanya yakni antara niat dan praktek puasa bisa menjadikan diri kita pribadi yang tentram dan tak bergolak dengan diri sendiri, maka sesungguhnya itu memudahkan kita dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dalam himpunan kebaikan yang sama.

Semoga puasa kita di hari keduapuluh dua ini kita makin membuat kita percaya bahwa kebaikan itu bukan sebuah keniscayaan, melainkan ikhtiar yang bersungguh. Dan puasa kita adalah kesungguhan untuk maksud itu.

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.