BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

PUASA DAN CINTA TANPA KECEMBURUAN


Oleh Drs Cukup Wibowo MMPd
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Mataram

Tubuh yang senantiasa dililit nafsu,
melalui puasa kita lepaskan untuk hanya mengikuti kehendak-Nya.
Puasa menjadikan kita makin tahu arti nikmat mencintai-Nya
dengan sepenuh rindu, tanpa nafsu apalagi cemburu.

Dari abad ke abad yang kemudian melahirkan kisah demi kisah, cinta selalu saja jadi urusan yang menarik untuk dibicarakan. Rasa cinta dalam kehidupan manusia sesungguhnya dimulai dari ketika Adam diberi pasangan hidup bernama Hawa. Kegembiraan cinta yang melahirkan rasa nikmat luar biasa itu membuat setan cemburu, dan merancang perangkap agar bisa menghancurkan kehidupan mereka. Setan masuk di rasa kemelayangan cinta keduanya itu lewat jebakan yang bernama buah khuldi, buah yang sejak awal telah diketahui oleh Adam sebagai larangan Tuhan untuk didekati apalagi dimakan.

Di kisah yang kemudian menjadi pengetahuan kita semua itulah kita menjadi tahu bagaimana cinta menciptakan petaka pertama dalam kehidupan manusia ketika nafsu Adam demi atas nama cintanya terhadap Hawa menyebabkan dirinya justru lebih berani melawan perintah Tuhan daripada harus mematuhi Tuhan Penciptanya, dengan mempersembahkan buah khuldi yang diinginkan oleh kekasihnya itu. Akibatnya, Adam harus menerima hukuman atas dosa dan kesalahan yang diperbuatnya demi alasan cinta.

Dan oleh urusan cinta itu pula, para pujangga serta penyair seperti seolah dilahirkan oleh kehendak zamannya, melukiskannya dengan caranya yang khas dalam penceritaan yang membuat siapapun tak bisa memungkiri atas hebat dan luar biasanya pesona yang dihadirkan oleh cinta. Ya, cinta adalah alasan kenapa rindu dan cemburu muncul begitu kuatnya dalam diri mereka yang mengalami. Tak terhitung rasanya kisah yang diceritakan bagaimana cinta kekasih pada kekasihnya bisa menciptakan fragmen keyakinan dalam satu pilihan keputusan, hidup atau mati. Terlebih ketika hasrat dan cemburu sudah melilit rasa cinta itu.

Puasa adalah perintah keimanan. Ia menjadi wujud kerinduan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, penghambaan diri pada yang memiliki hak atas hidup dan mati kita. Tubuh yang senantiasa dililit nafsu, melalui puasa kita lepaskan untuk hanya mengikuti kehendak-Nya. Puasa menjadikan kita makin tahu arti nikmat mencintai-Nya dengan sepenuh rindu, tanpa nafsu apalagi cemburu. Ketaatan kita adalah wujud dari kerinduan kita untuk bisa masuk dan dimasukkan dalam golongan yang bertaqwa.

Kesungguhan kita berpuasa adalah cara terbaik untuk membuat nafsu kita akan sesuatu bisa kita kendalikan. Sebagaimana setan mencemburui kehidupan manusia yang dipilih Tuhan sebagai makhluk yang lebih mulia darinya, maka puasa menjadi cara kita belajar atas buruknya kecemburuan kita pada sesama, pada kehidupan orang lain. Pada cara Tuhan menciptakan kelebihan dan kekurangan, atau kemenangan di satu pihak dan kekalahan di pihak lainnya. Semoga puasa kita di hari kesepuluh ini makin membuat kerendahan hati dan ketaqwaan kita makin meningkat.

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.