BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Etika Dalam Peliputan Bencana Harus di Junjung!

Riadis Sulhi (kanan) bersama pengurus IJTI NTB dalam sebuah seminar beberapa waktu lalu.

Matanusantara.com - Mataram

Bangsa ini sedang dirundung duka yang mendalam. Hampir berturut-turut bencana gempa dan tsunami melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Pada akhir Juli lalu gempa berkekuatan 6,5 SR melanda pulau Lombok dan sekitarnya di Nusa Tenggara Barat. Kemudian akhir September ini, gempa berkekuatan 7,4 SR kembali melanda wilayah Indonesia tepatnya Donggala dan Palu Sulawesi Tengah. Kali ini gempa disertai Tsunami di sejumlah pesisir pantai di kedua kota tersebut.

Bencana ini tentu saja menjadi perhatian seluruh media di Tanah Air. Namun sayang tak sedikit media yang cenderung mengeksploitasi tragedi ini dalam tayangan yang dibuat.

Dalam kondisi ini media dan jurnalis memiliki tugas dan tanggungjawab untuk ikut serta menyampaikan informasi sebaik dan seakurat mungkin terkait bencana kepada publik.

Oleh karena itu Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menyampaikan dan menyerukan beberapa hal terkait peliputan bencana yang dituangkan dalam sejumlah butir himbauan yakni :

1. IJTI menyampaikan duka yang mendalam bagi para korban yang tertimpa bencana.
2. Menyerukan kepada seluruh jurnalis TV dalam meliput bencana harus berpegang teguh pada KEJ serta P3SPS.
3. Tidak mengeksploitasi visual korban bencana dengan menayangkan secara berulang-ulang, terutama visual tsunami yang ditayangkan dalam filler.
4. Menjaga sopan santun, etika dan empati pada korban saat meliput di lokasi bencana.
5. Tugas jurnalis adalah menggali, mendapatkan dan menyebarkan informasi yang terverifikasi dari lokasi bencana terutama tentang jaminan hidup, keamanan, dan optimisme penanganan dari Pemerintah untuk korban, serta informasi keluarga korban.
6. Sajikan Informasi yang akurat dan dapat dipertanggujawabkan menjadi rujukan bagi pemerintah untuk mengambil keputusan tepat dalam penanganan korban gempa tsunami.
7. Saat melakukan Wawancara live terutama wawancara dengan korban  harus hati-hati dan memegang teguh etika.
8. Sajikan Informasi yang bisa menumbuhkan semangat bagi korban gempa untuk bangkit pasca bencana.
9. Jurnalis ikut mengawasi dan mengawal kebijakan pemerintah dalam penanganan korban pasca gempa sehingga efektif dan tepat sasaran.
10. Bagi jurnalis yang sedang bertugas di lokasi bencana harap mengutamakan keselamatan diri (safety first).

Langkah Pengurus Pusat IJTI  mengeluarkan himbauan untuk menjaga etika saat peliputan bencana diamini oleh Ketua IJTI NTB Riadis Sulhi yang memandang perlu hal tersebut harus diingatkan kembali agar jurnalis tidak lupa akan tanggungjawab moralnya yang tertuang dalam Kode Etik Jurnalistik.

"Hal tersebut harus diindahkan sebagai langkah maju untuk membangun iklim pemberitaan yang informatif dan juga mendukung upaya recovery bencana yang diupayakan para pihak,” ujarnya.

Teknik peliputan bencana memang sudah semestinya harus mengedepankan etika dan kesopanan dan menjaga perasaan para korban bencana agar merasa tidak dieksploitasi.

“Sudah saatnya kita bisa mengedepankan pers yang dewasa, dan memainkan peran secara apik, serta memegang teguh aturan main, jangan sekedar kejar tayang, para korban juga perlu dibantu sekaligus dihargai agar tidak ada kesan eksploitasi,“ imbuhnya.

“Media harus terdepan menyampaikan informasi yang akurat dan tentunya berdasarkan pada data faktual jangan mereduksi atau memelintir berita, itu dampaknya akan luas,” pungkasnya.  (ijti)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.