Oleh: Astar Hadi (stafsus Gubernur NTB periode 2018-2023)
Komitmen Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto, dalam mendorong sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas dan berkualitas, semakin tampak dan nyata. Gegas kerja program ini terus digalakkan, dibenahi dan ditingkatkan sebagai bagian dari amanat pemerintah menjalankan visi prioritas bangsa menuju Generasi Emas Indonesia 2045.
Di samping penguatan sektor pertanian, ketahanan pangan, pendirian Koperasi Merah Putih di setiap Desa dan sektor-sektor yang langsung menyentuh sisi subtil terkecil kesejahteraan rakyat lainnya, komitmen Presiden kita juga tak menafikan pentingnya kesehatan masyarakat.
Salah satu problem akut global yang telah menjadi gurita sejak lama adalah merebaknya penyakit TBC. Pada titik ini, Presiden Prabowo, memberi perhatian yang sangat khusus agar penyakit ini bisa dientaskan di Indonesia.
Dapat dibayangkan, secara mondial, TBC telah "menyumbang" tingkat kematian nomor satu (1) di seluruh dunia. Dalam 100 tahun, lebih dari 1 milliar manusia yang meninggal karna penyakit ini.
Di indonesia sendiri, tercatat lebih dari satu (1) juta penderita baru yang terjangkit setiap tahun. Dan, setiap empat (4) menit, setidaknya ada 1 orang yang kehilangan nyawa karenanya.
Melihat fakta telanjang ini, TBC bukan persoalan sepele. Ia merupakan momok yang telah terjadi sejak lama. Terutama bagi rakyat kecil. Ia harus dientaskan, diminimalisasi tingkat penularannya sedemikian rupa.
Alhamdulillah. Kita patut bersyukur. Pemerintah tidak tinggal diam. Beberapa waktu lalu, Presiden Prabowo bertemu dengan tokoh filantropis Dunia, Bill Gates, dalam rangka kerjasama yang sangat baik dan menguntungkan demi memberantas dan atau, setidaknya, menekan semaksimal mungkin penyebaran penyakit TBC ini.
PEMERINTAH NISCAYA MEMAHAMI RASA CURIGA
Tentu dalam setiap sesuatu yang dianggap baru, selalu timbul kecurigaan, ketakutan dan opini liar yang berkembang. Lebih-lebih jika hal itu menyangkut persoalan hidup-mati kita, menyangkut jaminan keamanan, jaminan kesehatan dan menyangkut jaminan bahwa apakah program tersebut benar-benar sudah teruji dari sisi medis. Sesuatu yang wajar. Rakyat layak mempertanyakannya.
Kita memang telah melihat cukup banyak opini liar berseliweran di media sosial yang meragukan keabsahan program vaksinasi TBC ini.
Sejak awal, Pemerintah tentunya memahami kekhawatiran itu. Ini lebih dari sekadar soal citra baik atau buruk yang dialamatkan kepada mereka. Lebih dari itu, ini soal keniscayaan, soal tanggung jawab yang diemban pemerintah kita untuk memastikan bahwa masyarakat di akar rumput bisa tetap sehat, bisa "bernafas lega" tanpa TBC. Pemerintah harus hadir, melakukan dan menjalankannya. Dan, tentu saja, dengan jaminan bahwa program ini memang sudah dipastikan keamanannya untuk kepentingan kesehatan masyarakat banyak.
BUKAN UJI COBA, INI SOLUSI KESEHATAN NYATA
Dari berbagai sumber yang penulis rangkum tentang kerjasama tersebut, saya melihat bahwa Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putih telah melakukan pendalaman sedemikian rupa untuk memastikan bahwa program ini merupakan solusi nyata yang aman dan teruji. Ini sekaligus membuktikan bahwa pemerintah hadir dan berkomitmen serius untuk melakukan treatment pelayanan terbaik untuk menghindarkan masyarakat dari keganasan penyakit TBC.
Di sejumlah tempat program ini sudah mulai berjalan. Clinical trial yang dilakukan terhadap banyak warga hingga pelosok desa juga sudah mulai dilaksanakan. Alhamdulillah, tidak ada keluhan apapun dan terbukti aman. Pun, masyarakat terdampak dengan ikhlas dan senang hati menerima vaksinasi tersebut. Mengapa demikian?
Berikut beberapa penjelasan yang menjadi alasan rasional bahwa vaksinasi TBC yang dicanangkan pemerintah terbukti teruji dan aman.
Pengalaman dalam pengentasan penyakit menular seperti cacar, Covid-19, dan lainnya, dilakukan dengan pemberian vaksin yang terbukti aman dan menyehatkan. Begitupun hal serupa bisa dilakukan untuk penyakit TBC.
UJI KLINIS VAKSIN TBC TAHAP 3, AMAN DAN TERPERCAYA
Dengan demikian, keraguan yang menyelimuti sementara kalangan di masyarakat kita terkait tingkat keamanan vaksinansi TBC ini, berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan bahwa program ini berjalan lancar dan tidak ditemukan "efek samping" yang paling dikhawatirkan sejauh ini.
Karna, perlu juga diketahui, bahwa uji klinis vaksin tersebut bukan tahap pertama dan bukan tahap coba-coba. Akan tetapi, ia sudah melalui tahap uji yang dilakukan secara global di berbagai negara. Di Indonesia sediri, saat ini, langsung menerima vaksinasi tahap ke-3 yang, artinya, vaksinasi tersebut sudah terbukti aman.
Ia sudah melalui uji pra klinis terhadap hewan. Sudah melalui Uji tahap 1 yang bertujuan menguji keamanan vaksin. Sementara Tahap ke-2 untuk melihat apakah vaksin bisa memicu imunitas tubuh.
Dan, kini, di Indonesia, ia langsung memasuki uji klinis tahap 3 yang bukan lagi mengukur seberapa efektif vaksin ini mengatasi penyakit TBC. Alih-alih untuk menguji apakah vaksin ini aman atau tidak, Itu semua sudah dilewati dan terbukti aman bagi kesehatan. Jadi ini bukan semacam kelinci percobaan seperti yang dikhawatirkan dalam opini liar yang sempag berkembang beberapa waktu terakhir.
Uji klinis tahap 3 ini, sekali lagi, telah dilakukan secara global di berbagai negara, bukan hanya di Indonesia. Di seluruh dunia ada 20 ribu orang yang telah berpartisipasi. Sementara di Indonesia sendiri ada 2.000 partisipan.
Ke depan, keikutsertaan Indonesia dalam partisipasi vaksin TBC ini, tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, negara kita juga akan dapat prioritas untuk memproduksi vaksin sendiri secara mandiri tanpa harus bergantung pada pihak luar.
Kita patut besryukur dan selayaknya seterus memberi dukungan terhadap komitmen peningkatan kualitas kesehatan masyarakat ini. Gebrakan awal Presiden Prabowo di periode awal pemerintahanya ini menunjukkan sebuah komitmen kepemimpinan dan kerja nyatanya bagi kesehatan dan kemajuan warga bangsa kita. BRAVO.
Komentar0