Keterangan foto: Siti Fadilah, Terawan dan Letjen TNI M. Herindra. |
Jakarta, - "Saya memutuskan menjadi relawan uji klinik vaksin Nusantara, menurut saya, biasa-biasa saja dan sederhana saja, saya agak kaget kok menjadi berita??" Kata Siti Fadilah Supari kepada media, Kamis (15/4/2021).
Ia menyatakan mendengar, membaca dan berpikir tentang vaksin nusantara, "menurutnya si peneliti berpikir logis, inovatif. Memang, inovasi selalu mengagetkan kemapanan, bahkan bisa mengganggu yang sudah mapan.
Di dalam ilmu pengetahuan, logis saja tidak cukup, tetapi harus dibuktikan," ucapnya.
Ia bersedia menjadi relawan karena menghargai seorang peneliti yang berpikiran beda dengan yang lainnya.
"Dia membuat hipotesis. Dan hipotesis itu boleh saja salah, tetapi harus dibuktikan dulu. Maka perlu penelitian. Harapan saya kalau memang uji klinik ini mendapatkan hasil yang positif, artinya hipotesis dr Terawan terbukti waah saya sangat bahagia karena kondisi saya saat ini sangat cocok dengan metode ini. Pernyataan dari BPOM boleh-boleh saja, memang BPOM yang punya wewenang untuk ijin edarnya," ujarnya.
"Tentang ahlinya dan lain-lainnya dari Amerika?, wahh saya tidak tahu. Tapi kita kan negara yang berdaulat, dengan politik bebas dan aktif, maka boleh saja bekerjasama dengan negara manapun dengan prinsip kemitraan yang transparan, setara dan adil (duduk sama rendah berdiri sama tinggi). Yang penting produk ini menjadi produk Indonesia untuk kemaslahatan bangsa yang membutuhkan. Terutama untuk lansia seperti saya," pungkasnya.(r)
Komentar0