BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Penjualan Cabai Hiyung di Tengah Pandemi


Oleh : Muhammad Zhaharuddin

HIYUNG, merupakan desa kecil yang terletak di Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin yang dikenal dengan salah satu produk cabai rawit yang konon katanya merupakan cabai rawit terpedas di Indonesia bahkan 17 kali lipat lebih pedas dari cabai rawit biasa.

Selain rasa pedasnya, kelebihan yang dimiliki cabai Hiyung adalah tahan lama, yaitu rata-rata tahan hingga 10 hari pada penyimpanan suhu ruangan normal. Cabai Hiyung telah terdaftar sebagai varietas tanaman lokal khas Tapin Kalimantan Selatan dari Kementerian Pertanian RI dengan nomor 09/PLV/2012 tanggal 12 april 2012, yang memberikan konsekuensi berupa tanggung jawab atas perkembangan dan pembudidayaannya agar keberadaannya tetap terjaga dan tetap lestari kepada pemerintah Kabupaten Tapin.

Berdasarkan penelitian, tingkat kepedasan cabai Hiyung mencapai 94.500 ppm atau sekitar 17 kali pedasnya dari cabai rawit biasa. Artinya dengan hal itu, sah sudah cabai rawit Hiyung bergelar cabai rawit paling pedas atau terpedas di Indonesia, bahkan juga layak bergelar salah satu cabai terpedas di seluruh dunia.

Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, kegiatan ekspor impor barang menjadi terkendala dan permintaan atas suatu barang menjadi menurun, ini berakibat kepada kegiatan penjualan cabai Hiyung yang biasanya tinggi mengalami penurunan.

Banyak keluarga yang bergantung terhadap hasil dari penjualan cabai Hiyung untuk menghidupi keluarganya, kendala yang terjadi bukan hanya dating di masa pandemi saja tetapi sudah ada sejak pertama cabai Hiyung meroket namanya.

Cabai yang berasal dari desa Hiyung ini tidak bisa ditanam pada musim kemarau, sehingga salah seorang petani melakukan inovasi dengan mencoba menanam cabai Hiyung pada musim hujan dengan cara paranet dengan niat apabila percobaan penanaman dengan cara tersebut berhasil maka akan diajarkan kepada petani lain.

Cabai Hiyung sendiri mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Hiyung yang dulu kebanyakan hanya berprofesi sebagai pencari kayu galam untuk bahan bakar. Dari pembudidayaan cabai Hiyung, merupakan salah satu upaya Pemkab Tapin dalam merangkul kaum milenial dalam peningkatan perekonomian di desa, dan menjadikan pemuda yang kreatif dan penuh inovasi.

Harapannya setelah pandemi berakhir, penjualan cabai Hiyung bisa kembali seperti semula demi menggerakkan roda perekonomian Desa Hiyung dan menghidupkan kembali kegiatan ekspor impor yang berujung kepada kesejahteraan yang akan dirasakan oleh masyarakat di Desa Hiyung dan juga sekitarnya.(red)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.