BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Di Tangan Ahyar, Golkar Maju & Soliditas Kuat


MATARAM, - Maju mundurnya partai politik di sebuah daerah bahkan negara sangat tergantung dari komitmen, eksistensi, dan soliditas kader.

Kader adalah garda terdepan parpol dalam memperkuat eksistensi dan pengaruh politik di tengah masyarakat, terlebih pada tataran pengambil kebijakan.

Sehingga berimplikasi terhadap hajat dan kepentingan masyarakat luas serta kemajuan sebuah daerah maupun bangsa.

Untuk tetap menjaga, merawat, dan memperkuat serta memperkokoh pohon beringin di NTB, suatu keniscayaan yang mutlak bagi partai Golkar NTB mengajak, merangkul, dan tidak mengesampingkan kader. Baik kader sedang diamanahkan di kursi eksekutif, legislatif maupun kader pada di tingkat bawah yang berbaur  dan beraktivitas sosial langsung dengan masyarakat.

Dengan begitu, suara Golkar adalah suara Rakyat, jadi spirit, motivasi dan visi-misi kader Golkar dalam memaknai dan memperjuangkan aspirasi, harapan, hajat dan kepentingan masyarakat.

Hal itu jadi poin pemikiran calon ketua DPD Partai Golkar NTB Ahyar Abduh, jika nanti dirinya diamanahkan oleh Musyarawah Daerah (Musda) X DPD Golkar NTB menjadi Ketua.

“Kader Golkar tersebar dimana-mana. Dan tidak ke mana-mana. Tetapi belum terakomodir, belum diberikan ruang peran dan eksistensi yang lebih memadai dan baik,” kata Wali kota Mataram kepada media ini, Minggu (26/7).

Ahyar sudah 30 tahun lebih terlibat dan berdinamika sebagai kader partai berlambang beringin tua. Pasang surut, suka duka itu sudah dialami dan lalui.

Ahyar tetap menunjukan diri sebagai kader sejati. Tetap setia dibawah rindangnya pohon beringin.

Sebagai kader, Ahyar pun terbilang cukup berhasil dalam menakhodai DPD Golkar kota Mataram.

Di tengah ketatnya persaingan, kompetisi dan tantangan yang dihadapi partai Golkar di kota Mataram baik secara internal maupun eksternal, selama dua periode kepemimpinan di Golkar kota Mataram, Ahyar tetap mampu mempertahankan, menjaga dan menempatkan Golkar sebagai parpol pemenang.

Bahkan, posisi Wali kota dan Wakil Wali kota dijabat langsung dua kader Golkar. Praktis, eksekutif dan legislatif dikuasai. Dan itu tidak terjadi di kabupaten kota lain di NTB.

Sebagai ibu kota provinsi, kota Mataram adalah barometer politik ke-NTB-an.

“Tentu ikhtiar kita selaku kader, ingin merebut dan mengembalikan kejayaan dan kemenangan Golkar di NTB,” tandas wali kota Mataram dua periode tersebut.

Kondisi dan situasi Golkar NTB lima tahun terakhir, cukup memprihatinkan. Raihan suara beringin tua itu sangat turun dratis.

Golkar dalam pemilu legislatif 2014, mampu memenangkan pemilu di lima kabupaten kota di NTB. Tetapi pada pemilu 2019, itu tidak mampu dipertahankan. Hanya tersisa dua daerah. Yakni, kota Mataram dan kabupaten Bima.

Sehingga harus ada evaluasi dan penilaian menyeluruh jalan roda organisasi dan kelembagaan kepartaian.

Dengan demikian, apa jadi kelemahan dan kekurangan, roda organisasi dan kelembagaan kepartaian ditubuh beringin NTB itu bisa dibenahi, disempurnakan dan dicari solusi terbaik.

Kompleksitas tantangan, dan hambatan kedepan lebih berat dan sulit. Butuh dan harus ada penyegaran dan renegerasi kepemimpinan di tubuh partai Golkar NTB.

Dengan pemikiran dan paradigma kepemimpinan ke Golkar-an baru, menyentuh dan selaras dengan kehendak dan aspirasi publik. Serta sesuai visi-misi dan program partai Golkar dibawah komando ketua umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartanto.

“Ini jadi tugas dan tanggung jawab kita seluruh kader Golkar,” ucap mantan ketua DPRD kota Mataram itu.

Bagi Ahyar, ada tiga hal mendasar dan penting dilakukan kedepan. Jika menakhodai Golkar NTB. Yakni, Konsolidasi, Rekonsiliasi dan Akselerasi.

Konsolidasi. Golkar NTB, perlu dan harus memperkuat semangat dan spirit kolektifitas kader. Penguatan dan memperkokoh struktur, mesin politik dan kelembagaan kepartaian jadi prioritas harus dikedepankan.

Kemudian rekonsiliasi. Indikator utama dari kolektifitas dan penguatan struktur kelembagaan kepartaian adalah rekonsiliasi di internal partai.

Tidak boleh ada dikotomi atau pengkotak-kotakan kader. Seluruh kader harus diberikan ruang, peran dan eksistensi sama. Lembaga sayap partai dan ormas mendirikan dan didirikan, diberikan porsi sama dalam dinamika dan eksistensi partai. Friksi atau konflik harus dinihilkan. Bahkan potensi harus diminimalisir.

Harus satu padu, semangat kebersamaan dan kekompakan, serta gotong royong. Itu jadi tradisi dan citra melekat di partai Golkar. Itu harus ditumbuhkan kembali, dikelola baik, dirawat, serta dijaga. Dengan begitu akar, batang, daun pohon beringin tetap tertancap kuat, dan menghujam ke bumi.

Akselerasi. Dengan semangat rekonsiliasi, dan kesatupaduan, serta keutuhan organisasi kepartaian ditopang oleh kuatnya solidaritas kader. Golkar pun akan lebih siap dengan tantangan, dinamika, dan situasi politik yang akan dihadapi. Baik internal maupun eksternal.

Golkar NTB akan mampu menjawab seluruh tantangan, dan selaras kehendak publik.  Muaranya, rindang pohon  beringin itu memberikan kenyamanan dan kesejukan untuk berlindung dibawahnya.

“Jika seluruh kader merasa nyaman dan diberikan ruang yang sama, tentu Golkar akan lebih siap menjemput kemenangan di pemilu 2024 mendatang,” pungkasnya.(*)

Komentar0

Type above and press Enter to search.