BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

AMPL Gelar Webinar Sanitasi & Kebersihan Menstruasi di Saat Pandemi


Mataram, - Jejaring AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) melaksanakan Webinar tentang Sanitasi dan Kebersihan Menstruasi di Saat Pandemi yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2020 melalui aplikasi Zoom.

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta yang terdiri dari perwakilan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sekolah, kelompok remaja dan masyarakat umum yang berasal wilayah Jawa, DKI, NTB, NTT dan Papua.

Laisa Wahanuddin, Ketua Jejaring AMPL mengatakan bahwa Webinar Sanitasi dan Kebersihan Menstruasi dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Kebersihan Menstruasi yang diperingati setiap tanggal 28 Mei. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terhadap kebersihan sanitasi yang terkait menstruasi.

“Menstruasi adalah hal yang normal bagi perempuan yang sudah dewasa. Walau begitu,  faktanya masyarakat masih menganggap membicarakan menstruasi itu adalah hal yang tabu. Sulitnya membicarakan kebersihan menstruasi di kalangan masyarakat membuat banyak perempuan tidak bisa mendapatkan akses informasi dan fasilitas yang baik terkait kebersihan menstruasi," papar Laisa.

Di lingkungan sekolah siswa perempuan juga sering mengalami situasi yang tidak menyenangkan pada saat menstruasi. Kurangnya fasilitas toilet yang memadai membuat perempuan mengalami kesulitan pada saat menstruasi di sekolah, sehingga banyak perempuan yang memutuskan untuk pulang ke rumah atau tidak bersekolah sama sekali ketika menstruasi. Hal ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Burnett Institute pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 1 dari 6 anak perempuan terpaksa tidak masuk sekolah selama satu hari atau lebih pada saat mereka menstruasi. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Plan International Indonesia pada tahun 2018 di Provinsi DKI, NTB dan NTT juga menunjukkan fakta yang mendukung lainnya yakni sebanyak 33% sekolah di Indonesia tidak memiliki toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Studi yang sama juga menunukkan bahwa 39% siswi mengalami perundungan (bullying) di sekolah ketika mereka sedang menstruasi.

Webinar ini dibuka oleh paparan yang disampaikan oleh Vincent Kiabeda narasumber dari Yayasan Pijar Timur Indonesia. Dalam paparannya Vincent menyampaikan tentang tantangan perempuan yang menstruasi di saat pandemic COVID-19. Di saat pandemic ini, perempuan yang sedang menstruasi mengalami tantangan yang cukup berat. Vincent mengatakan bahwa di Kabupaten Malaka dan Belu, lokasi dimana Yayasan Pijar Timur berkerja, selam pandemic ini banyak perempuan yang mengalami gangguan stress akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan social di masyarakat.

Hal ini disebabkan karena perempuan sulit mengakses pembalut karena banyak toko tutup dimasa PSBB. Akses informasi kesehatan juga tidak bisa didapatkan karena tidak ada petugas kesehatan yang datang ke rumah memberikan penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan.

“Untuk merespon ini, Yayasan Pijar Timur dan Yayasan Plan International Indonesia melakukan pendampingan kepada masyarakat selama pandemic ini. Kami melakukan kunjungan rumah (home visit) dan keliling kampung untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan dan kesehatan termasuk menstruasi, salah satunya melalui kampanye cuci tangan pakai sabun," kata Vincent.

Kegiatan kunjungan rumah ini menurut Vincent berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang menjaga kebersihan dan kesehatan termasuk bagaimana melakukan pencegahan COVID-19. Vincent selanjutnya mengatakan bahwa dalam melakukan kampanye di kampung, dia melibatkan banyak elemen masyarakat termasuk TNI dan POLRI. Semua itu dilakukan supaya proses kampanye bisa menjangkau seluruh masyarakat.

Paparan terkait kampanye MKM di situasi darurat juga disampaikan oleh Undar Jiwa Ningsih, Ketua Tim MKM Lombok Utara. Undar memaparkan pengalaman pemerintah Kabupaten Lombok Utara bersama Yayasan Plan International Indonesia dalam melakukan kampanye MKM di tengah kondisi kedaruratan gempa Lombok pada tahun 2018.

Undar menyampaikan bahwa kerja sama dengan tokoh kunci di pengungsian adalah salah satu kunci keberhasilan dalam melaksanakan kampanye MKM di pengungsian.
Turut hadir juga dalam pertemuan tersebut adalah Serafina Bete Persani (Persatuan Tuna Daksa Kristiani). Persani merupakan organisasi penyandang disabilitas dari Provinsi NTT. Serafina mengatakan bahwa dalam melakukan kampanye kebersihan dan sanitasi, kita harus melibatkan kelompok marginal supaya kegiatan yang kita lakukan tepat sasaran.

“Kelompok penyandang disabilitas adalah salah satu kelompok yang paling terpinggirkan baik di situasi normal apalagi di saat pandemic. Sering kali kelompok penyandang disabilitas tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karena dianggap tidak mampu dan tidak berdaya. Hal ini membuat mereka menjadi semakin terpinggirkan”
Serafina berharap masyarakat dan pemerintah selalu melibatkan kelompok marjinal dalam setiap proses pengambilan keputusan di masyarakat agar pembangunan sanitasi bisa terwujud secara inklusif," ujarnya.

Senada dengan Serafina, narasumber dari SLBN Kota Mataram, Rochman Ardiansyah yang merupakan guru pendamping siswa dengan disabilitas mengungkapkan bahwa pelaksanaan kampanye sanitasi dan MKM harus bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat termasuk anak-anak yang disabilitas.

Materi kampanye harus disesuaikan dengan karakter audiens yang memiliki keragaman. SLBN Kota Mataram dan Yayasan Plan International Indonesia saat ini sedang mengembangkan program kampanye sanitasi dan MKM yang bisa diakses oleh anak-anak disabilitas. Paparan ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan SNV pada tahun 2019 yang menunjukkan bahwa kurangnya sarana sanitasi yang baik di sekolah membuat siswi disabilitas mengalami kesulitan pada saat menstruasi.

Dalam webinar ini juga hadir sebagai narasumber yakni Ibu Lia yang merupakan mentor MKM dari Kabupaten Tangerang. Melalui paparannya Ibu Lia berbagi pengalaman tentang pembelajaran pelaksanaan MKM di Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan di sekolah. Ibu Lia mengatakan bahwa mengkampanyekan MKM di sekolah memiliki tantangan tersendiri yakni salah satunya yang terkait kesetaraan gender.

Banyak laki-laki yang merasa malu membicarakan kebersihan menstruasi, padahal soal menstruasi ini juga menyangkut orang-orang yang terdekat seperti ibu atau adik perempuan. Perlu dilakukan penyadaran yang terus menerus kepada pihak laki-laki sehingga mereka tidak perlu merasa tabu ketika membicarakan menstruasi.
Narasumber lain yang juga hadir sebagai narasumber adalah Vinsensiana Jemiun yakni perwakilan dari Kabupaten Manggarai Barat. Dalam paparannya Vinsensiana berbagi pengalaman tentang bagaimana mendorong laki-laki menjadi agent of change terkait MKM di sekolah.

“Hal ini tentu tidak mudah, karena selama ini topik MKM dianggap hanya konsumsi perempuan saja, namun dengan penyadaran yang terus menerus akhirnya kami berhasil merubah mindset mereka dan malah saat ini banyak sekali guru-guru laki2 yang memberikan penyuluhan tentang kebersihan menstruasi kepada anak perempuan di sela2 pelajaran di sekolah” lanjut Vinsensiana.

Sesi dari Kabupaten Manggarai juga tidak kalah menarik. Melalui paparannya Maria Yasinta Aso yang merupakan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Manggarai berbagi pengalaman tentang kerja sama Dinkes Manggarai dengan SIMAVI dan Yayasan Ayo Indonesia dalam mengimplementasikan MKM di tingkat sekolah dan posyandu. Kegiatan MKM di Kabupaten Manggarai pertama kali dilakukan pada tahun 2016 melalui kegiatan pelatihan berjenjang. Hingga saat ini pelaksaan kampanye MKM sudah dilakukan di posyandu, sekolah dan SLB. Dukungan untuk pelaksanaan MKM pun sudah didapatkan melalui alokasi dana BOS dan BOK. Dinkes Kabupaten Manggarai juga bersama Yayasan Plan Indoesia terlibat dalam penyusunan modul MKM melalui Project Water for Women.

Sesi sharing pembelajaran MKM diakhiri dengan paparan dari Unicef dan PT.Calmic yang berbagi pengalaman tentang kerja sama Unicef dengan perusahaan swasta PT Calmic dalam melaksanakan kampanye MKM melalui kegiatan-kegiatan seperti distribusi newsletter, seminar, workshop, school visit dan factory visit. PT Calmic sendiri merupakan perusahan yang mengeluarkan produk-produk sanitary dan hygiene. Pelaksanaan program MKM merupakan salah satu kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT.Calmic di Indonesia

Webinar ini ditutup oleh tanggapan-tanggapan dari beberapa Kementrian yakni Kementrian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama yang menyatakan dukungan positif dan apresiasi kepada Jejaring AMPL yang sudah membantu pemerintah dalam mengedukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga sanitasi dan kebersihan menstruasi dimana hal tersebut sangat penting untuk dilakukan khususnya di masa pandemic COVID-19 seperti saat ini.

Jejaring AMPL sendiri merupakan suatu forum komunikasi para praktisi pembangunan yang bekerja di sector Air Minum, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan. Jejaring AMPL beranggotakan para praktisi AMPL dari beberapa organisasi seperti Unicef, Yayasan Plan International Indonesia, SIMAVI, SNV, Wahana Visi Indonesia, GIZ, IPLUS-USAID, YPCII dan Speak. Jejaring AMPL juga memiliki anggota dengan latar belakang akademisi, pemerintah, perusahaan swasta dan media.(red)


Komentar0

Type above and press Enter to search.