BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

PENDEKATAN PROFETIK DI HARI AKSARA INTERNASIONAL 2019


Makasar, - Oleh karena pentingnya tradisi literasi dalam pembangunan manusia Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Efendi mengusung pendekatan profetik dalam pemberantasan buta huruf dan mendorong pendidikan di Indonesia.

Pendekatan profetik itu, menurut Muhadjir Efendi adalah merujuk aspek ajaran wahyu agama tentang kewajiban berliterasi dan pendidikan bagi umat manusia.

"Kalau dalam Islam,  perintah pertama dalam Al-Qur'an. Iqra' (dalam Al-Qur'an Surat Al-Alaq, red) adalah gerakan literasi," tegas Muhadjir.

Untuk itu dalam Islam  menurut Muhadjir, literasi dan pendidikan bersifat wajib dan berlaku untuk seumur hidup (long life education).

Saat ini, tambah Muhadjir, literasi tidak lagi konvensional untuk pemberantasan buta huruf saja, namun sudah mengarah pada wajib untuk bidang digital, finansial, dan kebudayaan.

Muhadjir menyampaikan pandangannya itu saat memberi sambutan pada puncak pelaksanaan Hari Aksara Internasional ke-54 Tingkat Nasional di Lapangan Karebosi Makasar, Sabtu (7/9/2019).

Peringatan yang menurut Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Haris Iskandar harus diperingati oleh seluruh negara yang tergabung dalam PBB di setiap tanggal 8 September.

"Diharapkan agar peringatan itu juga diperingati seluruh kota/ kabupaten se-Indonesia," pinta Haris Iskandar.

Tujuannya, terang Haris, adalah untuk meningkatkan peran stakeholders dalam pemberantasan buta aksara, mendukung UNESCO untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, serta untuk peradaban dunia.

"Saat ditetapkan dulu,  menjadi momentum kebangkitan negara-negara miskin dan berkembang yang banyak warganya masih buta huruf," tegas Menteri Pendidikan di kesempatan berbeda.

Muhadjir menjabarkan bahwa hal tersebut adalah keputusan bersama seluruh menteri pendidikan se-dunia saat kongres kedua tahun 1966.

Saat itu, lebih dari 40 persen warga dunia dalam kondisi buta huruf. Untuk kasus Indonesia, tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, saat merdeka dalam posisi 97 persen buta huruf.

"Tapi saat ini Indonesia sudah 98 persen bebas buta aksara. Sudah berliterasi tinggi, kurang dari 2 persen yang buta huruf," tutur Menteri Muhadjir Efendi.

Pada perayaan di lapangan paling bersejarah bagi masyarakat Celebes itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meramaikan Hari  Aksara Internasional dengan pameran produk PKBM, festival literasi, workshop masyrarakat adat, workshop kelembagaan yang terakreditasi, dan kegiatan lainnya. Kegiatan juga diisi oleh penandatanganan komitmen Bunda Paud seluruh Sulawesi Selatan untuk menggerakkan keluarga sebagai institusi sosial dalam pemberantasan buta aksara.

Pada perayaan itu, Kementerian juga memberikan apresiasi kepada banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pemberantasan buta aksara di Indonesia. Dari puluhan penerima apresiasi, terdapat Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, Ketua PKBM Tunas Aksara Kuripan Timur Lombok Barat Nasrullah Wijaya Kusuma dan seorang peserta didiknya Ibu Nuribek asal Desa Kuripan Timur Kabupaten Lombok Barat.(red)

Komentar0

Type above and press Enter to search.