BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

PUASA DAN CERMIN RETAK DI PIKIRAN


Oleh Drs Cukup Wibowo MMPd
Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Mataram

Kita dan ibadah puasa hari ini tak ubahnya ikhtiar untuk memadukan pikiran dan tindakan kebaikan di pikiran. Tak terbayangkan bila cermin kebaikan itu retak di pikiran.

Laut dan gunung, tanah dan udara adalah ruang dimana pertanda kehidupan berhimpun. Pada cara ketika kegaiban menggerakkan dirinya lewat kekuasaan yang tak bisa dibendung, laut bisa bergolak dengan gelombangnya yang dahsyat. Menenggelamkan apa saja yang ada di permukaannya. Menyapu bersih apa yang merintanginya. Laut bukan lagi sebuah keindahan dengan sapuan anginnya yang melenakan, tapi bisa menjadi kengerian yang menakutkan.

Begitu juga dengan gunung, semula ia adalah punggung bumi yang memukau oleh lekuk teksturnya yang meliuk serta rimbun pepohonannya yang menguapkan aroma kesegaran alamnya yang khas. Semua keindahan yang memancar dari gunung itu dalam seketika bisa lenyap berubah menjadi kengerian oleh getarnya yang menakutkan. Lahar yang muntah dari tubuhnya akan membuat siapapun dan apapun tenggelam dalam kehangusan.

Pada tanah dan udaralah seluruh kehidupan menaruhkan harapannya. Tak hanya oksigen sebagai hal utama yang butuhkan, tapi juga apa yang dikandung tanah menjadi kemutlakan bagi keberlangsungan hidup setiap makhluk yang ada di bumi. Kehidupan tumbuh dan berproses dalam siklus yang teratur, Pagi berganti siang. Siang berganti malam. Adalah siklus waktu yang teratur dalam kehidupan sejak mula terciptakan.

Kehidupan dalam seluruh kandungan kisahnya akan menjadi pantulan cermin bagi yang bersungguh menyimak dan menghayatinya. Kehidupan selalu menyediakan hikmah sebagai pelajaran bagi siapa saja. Bahkan pada apa yang tak tampak memiliki kaitan pun ia bisa menjadi cermin yang memantulkan kemanfaatan untuk menjadi pelajaran yang berharga. Tak ada yang sia-sia, seperti juga tak ada yang kebetulan terjadi sebagai peristiwa yang tercipta dalam kehidupan ini. Semua sudah dalam takdir kisahnya. Ikhtiar makhluklah yang membuat takdir menjadi berubah warna dalam kisah hidupnya. Karena Tuhan tak akan mengubah nasib hamba-Nya bila hamba itu tak memiliki niat untuk mengubahnya.

Kita dan ibadah puasa hari ini tak ubahnya ikhtiar untuk memadukan pikiran dan tindakan kebaikan di pikiran. Kebaikan di pikiran akan memantul menjadi kebaikan di tindakan. Puasa adalah cara mewujudkan kebaikan dalam praktek hidup dalam kurun satu hari sejak subuh hingga magrib, terus menerus selama sebulan di Bulan Ramadhan. Tak terbayangkan bila cermin kebaikan itu retak di pikiran. Ia akan memantulkan kebaikan yang membias, yang bisa membuat kebaikan justru jadi keburukan. Betapa sedihnya kita bila saat berpuasa pikiran kita masih saja berimbun prasangka buruk, mau menang sendiri, angkuh, dan tak sabar menelusuri hikmah kehidupan.

Semoga puasa kita di hari kedelapan belas ini kita makin membuat kita sanggup bersabar dan dengan tiada hentinya berbuat kebaikan meski sebesar biji dzarrah (sawi) sekalipun.

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.