BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Minang Pemilih Jokowi: Pak, Kapan Makan Nasi Padang Lagi?


Jakarta, - Ada yang berbeda di kompleks Istana Negara, Senin, 22 April 2019. Sementara kondisi pemerintahan kembali normal ‘kerja, kerja, kerja’ pasca Pemilu –ditandai dengan Rapat Terbatas bertopik ‘Ketersediaan Anggaran dan Pagu Indikatif Tahun 2020’ hari ini– banyak karangan bunga terpajang di ruang kaca jelang pintu masuk Istana Kepresidenan.

Karangan-karangan bunga itu bertuliskan ucapan selamat atas terpilihnya Jokowi – KH Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 yang sukses berlangsung 17 April pekan lalu.

Di antara karangan bunga itu bertuliskan, ‘Kami Senang Kami Gembira Jokowi Menang Lagi – Pospera Tuna Rungu Indonesia’, ‘Jokowi - Amin Wir Lieben Euch, Salam Kemenangan Alumni Jerman 2019-2024’, ‘Selamat dan Sukses Atas Terpilihnya Bapak Jokowi – KH Ma’ruf Amin Sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019-2024 dari Wong Java House Alhambra, California’.

Dan ada juga pantun dari kelompok Minang Pemilih Jokowi: ‘Jalan-Jalan ke Mall GI, Sambutan Meriah Sana Sini. Pak, Kapan Makan Nasi Padang Lagi? Bersama Kami Minang Pemilih Jokowi’.


“Awalnya karangan bunga itu hanya di pagar luar Istana. Kami senang kini karangan bunga dari warga Minang sudah ada di dalam,” kata Merdi Iskandar, salah seorang dedengkot ‘Minang Pemilih Jokowi’.

“Moga-moga ya Bapak Jokowi membaca kiriman bunga dari kami,” tambah Buya Ube, juga aktivis ‘Minang Pemilih Jokowi’.

Lain lagi kata Agatha Andrea salah seorang pengirim bunga atas nama Komunitas ‘Hip-Hip Hura NKRI’ dan ‘Cahaya Peduli Kasih’ menjelaskan, komunitasnya terbentuk pada 2016. “Sedikit demi sedikit. pada saat Pak Ahok mulai booming kasusnya. Saya sadar, bahwa pendukung Pak Jokwoi dan Ahok itu terbagi jadi beberapa kelas. Ada yang militan, ada yang organ, ormas, relawan,” jelasmya.

Agatha melanjutkan, khusus di bagian pendukung yang berupa silent majority tidak tersentuh. “Pendekatannya berbeda. mereka bukan orang yang akan turun ke jalan, tapi mereka ada. Silent majority bukan mereka yang berteriak di jalanan. tapi mereka yang menonton tv sambil nyetrika baju majikan, mereka yang menonton tv sambil menyuapi anak-anaknya makan, mereka yang mendengarkan radio di mobil sambil melawan kemacetan di pagi hari saat yang lain turun ke jalanan,” urainya.

Padahal, tidak sedikit dari mereka yang memiliki pengaruh. misalnya penulis buku, dosen, pemilik perusahaan, ibu, society leader, seleb medsos, dan lain-lain.

“Pada saat Konser Putih Bersatu di GBK pada 13 April lalu itu kami sadar, betapa yang mencintai Pak Jokowi ini amat banyak,” ungkap karyawan swasta di bidang penyedia jasa kecantikan ini.

Agatha menyatakan, 100 persen di antara anggota komunitas itu tidak golput dan memilih Jokowi. “Ya, anggaplah bunga ini sebagai perwakilan dari kehadiran kami. This is the voice of silent majority,” katanya.

Bunga Penyemangat KPU

Trend kirim bunga tak hanya terjadi di Istana Negara, tapi juga untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang tengah berjuang keras merampungkan penghitungan manual alias real count.  Di antaranya berbunyi,

‘Alumni Al Azhar untuk Jokowi Mendukung KPU untuk Tetap Semangat – dari kami yang ogah minum obat halusinasi karena merasa waras’.

‘Selamat Kepada KPU yang Telah Berhasil Menyelenggarakan Pilpres dan Pileg dengan Baik dan Aman, dari DPP Gerakan Wadyabala Jokowi’.

Ini fenomena menarik dan positif. Saling menghargai kerjakeras, berkorban kirim bunga demi menyemangati penyelenggara dan memberi ucapan selamat pada pemenang. Apalagi narasi kata-katanya sengaja dibuat lucu. Jadi, politik pun terasa humor, menyenangkan, dan bukan hal yang menakutkan!(red)

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.